review jurnal koperasi


Disusun Oleh     
NAMA                             : Dwi Nurul Fitri
NPM                                 : 13214309
KELAS                             : 3EA25


Review jurnal 1
STRATEGI PENGEMBANGAN PRIMER KOPERASI
Studi Di Primer Koperasi Produsen Tempe Dan Tahu Indonesia (PRIMKOPTI) Bangkit
Usaha Kota Malang

Rachma Vita Oktaviana, Agus Suryono, Imam Hanafi
Fakultas Ilmu Administratsi Jurusan Ilmu Admisitrasi Publik Universitas Brawijaya Malang,
email:vitadevil@yahoo.com
Latar Belakang
Gerakan koperasi menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat berlandaskan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945.  Undang-undang No. 25 Tahun 1992 pasal 16 tentang perkoperasian mengatur mengenai penjenisan koperasi salah satunya adalah koperasi produsen. Koperasi produsen merupakan koperasi yang beranggotakan para produsen barang dan memiliki usaha rumah tangga.Usaha koperasi jenis ini adalah menyelenggarakan fungsi penyedia bahan/sarana produksi, pemrosesan dan pemasaran barang yang dihasilkan anggota selaku produsen.
Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (KOPTI) disebut sebagai koperasi produsen karena bertugas untuk meningkatkan kemampuan ekonomi perusahaan-perusahaan anggota (usaha pengolahan tempe dan tahu milik anggota). Primer Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (PRIMKOPTI) Bangkit Usaha Kota Malang merupakan salah satu koperasi berkualitas di kota Malang. Koperasi Berkualitas adalah koperasi sebagai badan usaha aktif yang dicirikan oleh prinsip-prinsip kohesivitas dan partisipasi anggota yang kuat dengan kinerja usaha yang semakin sehat dan berorientasi kepada usaha anggota serta memiliki kepedulian sosial.hal ini didasarkan pada Penilaian Kinerja suatu Koperasi yang dilandaskan pada Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor : 129/KEP/ M.KUKM/XI/2002 tanggal 29 November 2002, tentang Pedoman Klasifikasi Koperasi. Walaupun Primer Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (PRIMKOPTI) Bangkit Usaha Kota Malang merupakan salah satu koperasi berkualitas di kota Malang namun masih banyak permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan koperasinya, permasalahan tersebut antara lain: (1) Masih kurangnya pemahaman anggota terhadap Anggaran Dasar dan Indikasi adanya permasalahan yang tersebut di atas menunjukkan bahwa Primer Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (PRIMKOPTI) Bangkit Usaha Kota Malang harus melakukan langkah langkah strategis untuk menghadapi permasalahan tersebut.
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dalam mengembangkan koperasi maka koperasi juga harus melaksanakan pula prinsip koperasi yaitu keanggotaan bersifat suka rela dan terbuka, pengelolaan dilaksanakan secara demokratis, pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota, pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal, kemandirian, pendidikan perkoperasian, serta kerja sama antar Koperasi Dengan fakta yang terjadi di lapangan memunculkan pertanyaan bagaimana pengembangan visi dan misi PRIMKOPTI, pengembangan PRIMKOPTI, prinsip PRIMKOPTI Bangkit Usaha Kota Malang dalam mengembangkan koperasi, sehingga membuat PRIMKOPTI Bangkit Usaha Kota Malang menjadi tempat rujukan bagi koperasi produsen lain di Indonesia.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif  dengan metode deskriptif. Dalam penelitian ini lokasi yang digunakan oleh peneliti adalah pada kota malang, sedeangkan situs penelitian adalah PRIMKOPTI Bangkit Usaha Kota Malang. Analisis data yang digunakan David (2009,h.327) Matriks SWOT adalah sebuah alat pencocokan yang penting yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi yaitu:1) strategi SO, 2) Strategi WO, 3) strategi ST, 3) Strategi WT.

Pembahasan

Pembahasan alternatif strategi yang dihasilkan Matriks SWOT untuk PRIMKOPTI Bangkit Usaha Kota Malang antara lain :
1. Strategi SO : Mengembangkan strategi promosi yang dapat meningkatkan penjualan Pembinaan dan pelatihan koperasi & UKM oleh pemerintah dan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan oleh PRIMKOPTI Bangkit Usaha Kota Malang untuk melakukan promosi kepada para target pasar.
2. Strategi WO : Mengembangkan kemampuan anggota Peningkatan produktivitas anggota dalam menjalankan aktivitas organisasi dapat ditingkatkan melalui programprogram pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah dan anggota koperasi. Pelatihan bagi anggota merupakan sebuah proses mangajari pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar anggota semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawab dengan semakin baik.
3. Strategi ST : Meningkatkan sistem manajemen pengendalian persediaan untuk menghindari persaingan harga Sistem manajemen pengendalian persediaan dimulai dari peramalan harga dan peramalan permintaan, penentuan pemasok, waktu pemesanan, jumlah pemesanan, harga jual sampaicdengan perhitungan-perhitungan biaya seperti biaya penyimpanan, biaya pemesanan atau pembelian, biaya penyiapan, ataupun biaya kehabisan atau kekurangan bahan.
4. Strategi WT : Menerapkan sistim manajaemen informasi yang terpadu Analisis terhadap data dan informasi serta penggunaan sistem informasi manajemen penting dilakukan untuk menjalankan visi dan misi PRIMKOPTI Bangkit Usaha Kota Malang dalam jangka panjang. Menerapkan sistem informasi manajemen yang terpadu dapat meminimalkan kelemahan yang ada seperti dapat meminimalkan biaya biaya yang tidak diinginkan seperti kerugian akibat keputusan yang kurang tepat. Menurut analisis peneliti, pelaksanaaan prinsip koperasi pada PRIMKOPTI Bangkit Usaha Kota Malang sudah dilaksanakan dengan cukup baik dan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992.

Penutup

Dalam pengembangan Visi dan Misi PRIMKOPTI Bangkit Usaha Kota Malang belum sesuai dengan 9 (sembilan) kriteria yang tercantum dalam teori David Freed R (2009,h.102) hanya beberapa point saja yang masuk di dalamnya, Berdasarkan hasil identifikasi lingkungan eksternal di PRIMKOPTI Bangkit Usaha Kota Malang maka peluang eksternal yang dimiliki PRIMKOPTI antara lain yaitu Pembinaan dan pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi saat ini. Ancaman eksternal yang harus dihadapi PRIMKOPTI adalah persaingan harga kedelai di pasar dan masih kurangnya pemahaman masyarakat mengenai kopersi. Berdasarkan hasil identifikasi lingkungan internal di PRIMKOPTI Bangkit Usaha Kota Malang kekuatan internal yang dimiliki PRIMKOPTI antara lain yaitu pengurus yang berpengalaman, memiliki hubungan baik dengan pemerintah, satusatunya distributor kedelai yang berbentuk Koperasi, letak kantor dan gudang yang strategis memiliki Usaha Simpan Pinjam yang berkembang baik dan Fasilitas Koperasi yang memadai


Review Jurnal 2
MENGEMBANGKAN KOPERASI KONSUMSI MELALUI PENGEMBANGAN PERANAN WANITA
Achmad H. Gopar
(Peneliti pada Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK)

PENDAHULUAN
Peranan wanita di era sekarang ini memang sudah maju sedemikian pesatnya. Berbagai program dan aktivitas yang ditujukan untuk meningkatkan peranan wanita sudah sejak lama dilaksanakan, baik itu berupa pengarusutamaan gender maupun spesifik emansipasi wanita. Semua kegiatan tersebut memang menghasilkan kesetaraan gender, terutama dalam bidang profesi. Namun harus dicermati, dibelahan dunia manapun, bahwa apapun profesi seorang wanita, ketika dia telah berkeluarga, tetap saja dia terikat pada fitrahnya sebagai seorang ibu rumah tangga, yang sangat berperan dalam mengatur konsumsi rumahtangga. Dengan demikian, peranan wanita dalam pengaturan konsumsi rumahtangga, yang secara berjenjang sampai pada konsumsi nasional, menjadi sangatlah penting untuk dikembangkan.
Konsumsi merupakan aktivitas yang dilakukan manusia sejak lahir ke dunia, mulai dari manusia pertama di dunia, Adam dan Hawa. Aktivitas konsumsi umurnya sama dengan umur manusia, dan dilakukan oleh semua manusia. Koperasi konsumsi merupakan cikal bakal munculnya koperasi di dunia. Oleh karena itu, ketika kita membicarakan filosofi koperasi konsumsi, sama saja dengan membahas filosofi koperasi secara keseluruhan. Namun perkembangan koperasi konsumsi ini, dari berbagai analisis yang dilakukan oleh pakar koperasi, tidaklah sepesat saudaranya dari jenis koperasi yang lain, baik itu dari jenis koperasi produksi maupun koperasi jasa, terutama koperasi jasa keuangan.
Mengembangkan koperasi konsumsi melalui pengembangan peranan wanita, dua hal yang mempunyai akar sejarah yang paling tua, seharusnya juga telah mempunyai rekam jejak yang panjang pula untuk bisa dikaji. Namun tidak banyak publikasi, baik itu berupa hasil riset, analisis, ataupun laporan, yang dapat dijadikan acuan untuk membahas hal tersebut. Dari yang tidak banyak itu, penulis mencoba menyampaikannya disini, semoga dapat berguna dalam proses pembelajaran bagi kita dalam membangun dan menggerakkan koperasi untuk meningkatkan peranannya dalam perekonomian nasional.

PEMBAHASAN
Koperasi konsumsi di Jepang berkembang dengan cepat setelah perang dunia kedua, selama masa rekonstruksi dan masa pendudukan Amerika Serikat. Pada pertengahan tahun 1950-an, koperasi konsumsi yang umumnya kecil-kecil dan tidak efisien menjadi kurang berdaya menghadapi pedagang ritel sehingga mereka bergabung dan mendirikan The Japanese Consumer Cooperative Union (JCCU) untuk menyatukan daya beli mereka. Pada tahun 1960-an sebuah tim studi dikirim ke USA yang merekomendasikan untuk mengembangkan toko swalayan. Selama tahun 1960an ini pula dikembangkan program untuk mengamalgamasikan koperasi-kopeasi yang lemah, mengintegrasikan mereka ke dalam sistem (jaringan KCCU), dan memperkuat kemampuan manajemen mereka (Kurimoto, 1983).
Partisipasi anggota merupakan bagian dari filosofi koperasi. Namun koperasi konsumsi yang besar dimanapun di dunia umumnya masih mengabaikan hal tersebut, dan hanya menggalang keikutsertaan sebagian kecil anggota saja. Ketika pada tahun 1970an gerakan koperasi konsumsi di Jepang mengalami kesulitan finansial, manajemen meminta partisipasi anggota untuk meningkatkan modal investasi. Pada proses tersebut anggota diminta untuk mengemukakan permasalahan mereka sedangkan manajemen mendengarkan keluhan anggota tersebut. Mereka menyusun rencana diskusi reguler dengan ibu-ibu rumatangga dalam rangka untuk mengevaluasi operasi toko ditingkat lokal melalui sortasi barang, sistem harga, dan tata letak barang di toko. Berbagai perubahan dilakukan, dan menghasilkan manfaat yang sangat berharga yang dapat dirasakan hingga saat ini. Hal tersebut dapat dilakukan berkat adanya kelompok-kelompok kecil yang dinamai “Han groups” yang anggotanya aktif berinteraksi sesamanya.
Pertemuan kelompok Han adalah tempat dimana anggota membahas rencana kegiatan koperasi dan membuat rencana nyata dari kegiatan mereka untuk memperkuat keanggotaan, membuat komplain terhadap pelayanan toko dan kualitas barang yang dijual, membahas apa yang menjadi keinginan mereka, membagi pengalaman dan saling menolong antar sesama anggota. Pertemuan ini biasanya merupakan acara yang sangat disukai oleh anggota koperasi, dan menjadi ajang penting bagi mereka untuk melakukan interaksi sesama mereka.
Tokoh dan para pemimpin gerakan koperasi di Jepang ini menyadari betul bahwa mereka harus selalu meningkatkan efisiensi untuk meraih pangsa pasar yang lebih besar lagi. Mereka menyadari jika para anggota yang menjadi pembeli mempunyai banyak ide penting mengenai bagaimana seharusnya toko mereka dikembangkan. Untuk mendapatkan ide-ide tersebut, harus ada proses pembelajaran yang mengikutsertakan para pembeli, pengelola dan manajemen toko koperasi konsumsi mereka.
Dengan semakin banyaknya para ibu yang menjadi anggota kelompok Han memasuki lapangan kerja, mereka mengusulkan perlunya perubahan pada koperasi konsumsi mereka. Mereka yang tinggal jauh dari lokasi toko mengusulkan kelompok Han berubah menjadi “klub belanja”. Inovasi ini lebih disukai, dan bersama dengan manajemen, mereka menyusun program belanja rumahtangga yang dikembangkan melalui pembelajaran adaptif dan eksperimen. Hasilnya adalah solusi menang/menang; toko menjadi lebih efisien dan bisa mengatasi permasalahan manajemen, dan belanja barang konsumsi menjadi lebih mudah dan menyenangkan bagi para ibu.

PENGEMBANGAN KOPERASI KONSUMSI
Pendirian dan pengelolaan koperasi konsumsi dengan basis paradigma lama yang lebih dominan akan memposisikan koperasi untuk tidak mengembangkan potensi mereka yang sebenarnya. Koperasi dapat menerapkan paradigma yang berkembang mulai dari koperasi yang kecil hingga pada koperasi tingkat multinasional. Koperasi tidak akan mengembangkan paradigma baru dalam pengelolaannya, umumnya akan gagal berkembang. Oleh karena itu koperasi harus selalu mencari inovasi baru untuk mengembangkan dirinya. Inovasi maupun paradigma baru dalam pengembangan koperasi biasanya digali dan dikembangkan dari keunggulan komparatip koperasi itu sendiri.
Kelompok Han dan Klub Belanja di Jepang merupakan contoh bagaimana koperasi dapat mengeksplorasi dengan baik keunggulan komparatip mereka. Anggota, pengurus dan manajemen menyadari betul keunggulan mereka jika mereka dapat meningkatkan daya beli (purchasing power) melalui peningkatan partisipasti anggota, baik dalam bertransaksi maupun dalam perbaikan manajemen. Pemesanan dimuka, penggabungan pesanan, sistem prabayar merupakan paradigma baru yang dihasilkan dari eksplorasi keunggulan komparatif yang dimiliki koperasi. Dengan demikian mereka telah berhasil dengan baik mengeksploitasi pasar kaptip (captive market) yang sebenarnya dimiliki oleh setiap koperasi.
Bagaimana peranan pemerintah dalam mengembangkan koperasi tanah air? Belajar dari pengalaman Jepang ini, maka sebaiknya setiap program pemerintah juga didasari dan difokuskan untuk mengembangkan keunggulan komparatif setiap koperasi agar bisa dieksplorasi dan dieksploitasi menjadi keunggulan kompetitif. Oleh karena itu setiap program pemerintah seharusnya tidaklah berupa bantuan yang bersifat derma atau “charity”, namun harus bisa mendorong gerakan koperasi untuk bisa mengeksplorasi dan mengeksploitasi keunggulan komparatip mereka yang sifatnya khas untuk setiap koperasi.

Review Jurnal 3
Upaya Penguatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Dalam
Rangka Pemberdayaan Perekonomian Masyarakat Di Kota Padang

Variyetmi Wira
1), Gustati 2)

Politeknik Negeri Padang 1,2)
Kampus Politeknik Negeri Padang, Limau Manis, Padang, 75000
Telp: 0751-72950
E-mail : variyetmi@yahoo.co.id

Pendahuluan
Permasalahan pembangunan perekonomian masyarakat, penanggulangan kemiskinan, dan mengurangi pengangguran merupakan beberapa permasalahan yang sudah menjadi prioritas utama untuk diselesaikan pemerintah Indonesia. Berbagai tahapan program seperti dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengatasi permasalahan tersebut agar terciptanya negeri Indonesia yang sejahtera dan makmur. Permasalahan yang sama juga dihadapi oleh Pemerintah Kota (Pemko) Padang. Sejak tahun 2004, terdapat peningkatan jumlah penduduk
miskin dan pada tahun 2012 mulai mengalami penurunan jumlah penduduk miskin di Kota Padang. Hingga saat ini berbagai program yang telah dilaksanakan pemerintah kota Padang.
Untuk pengentasan kemiskinan, dan pemberdayaan perekonomian masyarakat miskin, diantaranya yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang hingga saat ini sudah terlaksana di 11 kecamatan dan 104 kelurahan di Kota Padang, adanya Program Kredit Mikro Kelurahan (KMK), pembentukan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS), terdapatnya program Jamkes Sumbar Sakato Kota Padang, serta penanggulangan kemiskinan pada SKPD terkait. Salah satu fungsi KJKS adalah menghimpun dana dari anggota koperasi, dan menyalurkan kembali dana yang dihimpun kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk pinjaman pembiayaan. Produk pembiayaan tersebut bisa beragam yaitu pembiayaan dengan kerjasama (mudharabah, musyarakah), pembiayaan dengan jual beli (murabahah, salam, istishna), pembiayaan dengan sewa (ijarah) dan pembiayaan kebaikan (qard).

Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang berbentuk suvey, eksplanatoris (explanatory research). Penelitian ini bertujuan untuk membahas tentang upaya penguatan KJKS sebagai lembaga keuangan mikro syariah dalam pemberdayaan perekonomian masyarakat di Kota Padang.

Objek Penelitian
Pendamping, atau pengelola yang mewakili masing-masing KJKS yang tersebar pada 11 (sebelas) kecamatan di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat sebanyak 104 KJKS.
Metode Penetapan Sampel (Sampling Method)
Penetapan sampel dalam penelitian ini menggunakan sample dengan metode sensus, karena penelitian ini mengambil seluruh KJKS yang ada di Kota Padang.
Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian merupakan data primer berupa instrumen yang berisikan informasi tentang pengelolaan KJKS. Instrumen yang diteliti mencakup sumber modal, akses terhadap permodalan, partisipasi modal, transaksi usaha, hubungan dengan masyarakat, kerjasama dengan pemerintah,kerjasama antar koperasi, kerjasama dengan lembaga donor, dan kerja sama dengan sektor swasta .Instrumen ini disebar ke seluruh KJKS yang ada di Kota Padang. Responden dalam objek penelitian ini adalah yang mewakili KJKS dalam mengisi kuisioner penelitian. Disamping itu penelitian ini juga didukung oleh data sekunder berupa Laporan Rapat Anggota Tahunan KJKS untuk periode 2014.
Metode Analisis
Penelitian ini mengunakan statistik deskriptif dalam menganalisisdata sekunder ataupun data primer yang diolah dengan SPSS for Windows versi 20. Metode analisis yang dipakai adalah deskriptif, dan melakukan crosstab data-data instrumen.
Gambaran Demografi Responden
Sampel yang terkumpul yang dapat diolah sebanyak 103 KJKS, dan 1 KJKS tidak dapat diolah lebih lanjut karena kurang lengkapnya data. Sampel tersebut tersebar pada kecamatan yaitu 6 KJKS dari Kecamatan Bungus, 13 KJKS dari Kecamatan Koto Tangah,  9 KJSK dari Kecamatan Kuranji, 15 KJKS dari Kecamatan Lubuk Begalung, 7 KJKS dari Kecamatan Lubuk Kilangan, 6 KJKS dari Kecamatan Nanggalo, 10 KJKS dari Kecamatan Padang Barat, 12 KJKS dari Kecamatan Padang Selatan (termasuk 1 KJKS yang tidak dapat diolah), 10 KJKS dari Kecamatan Padang Timur, 7 KJKS dari Kecamatan Padang Utara, dan 9 KJKS dari Kecamatan Pauh. Mayoritas, responden adalah perempuan sebanyak 79 orang, sedangkan sisanya adalah laki-laki. Responden umumnya berposisi sebagai manajer KJKS, didirikan pada tahun 2010, dan telah berbadan hukum serta beranggotakan lebih dari 145 orang.
Uji Validitas dan Reliabilitas Data.
Hasil uji Validitas dan Realibilitas Instrumen Pengelolaan Organisasi KJKS untuk masing-masing komponen instrumen adalah valid dan reliable, yaitu Cronbach’s Alpha kisaran 0.800 - 0.900. Sedangkan Correlated Variance if Deleteddiatas 0.1988. Instrumen yang diteliti mencakup sumber modal, akses terhadap permodalan, partisipasi modal, transaksi usaha, hubungan dengan masyarakat, kerjasama dengan pemerintah, kerjasama antar koperasi,kerjasama dengan lembaga donor, dan kerja sama dengan sektor swasta .
Simpulan
KJKS dipercaya untuk menjalankan program pengetasan kemiskinan dan pemberdayaan perekonomian masyarakat bersama pemerintah.KJKS merupakan salah satu langkah strategis yang ditempuh pemerintah Kota Padang dalam upaya penanggulangan kemiskinan, dengan bekerjasama langsung bersama masyarakat. KJKS diharapkan sebagai wadah pengembangan ekonomi masyarakat Kelurahan yang miskin.  Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang berbentuk suvey, dan explanatory research yang bertujuan membahas upaya penguatan KJKS sebagai lembaga keuangan mikro syariah dalam pemberdayaan perekonomian masyarakat di Kota Padang.Objek Penelitian ini adalah pendamping, atau pengelola yang mewakili masing-masing KJKS yang tersebar pada 11 (sebelas)  kecamatan di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat sebanyak 103 KJKS. Pengambilan sampel menggunakan metode sensus, Data yang digunakan adalah data primer berupa kuisioner, dan data sekunder berupa laporan Rapat Anggota Tahunan tahun 2013 dan 2014. Penelitian ini mengunakan statistik deskriptif dalam menganalisisdata sekunder ataupun data primer yang diolah dengan SPSS for Windows versi 20.Metode analisis yang dipakai adalah deskriptif, dan melakukan crosstab data-data instrumen.
Hasil penelitian adalah responden penelitian tersebar pada 11 kecamatan di Kota Padang, didirikan pada tahun 2010, dan telah berbadan hukumserta beranggotakan lebih dari 145 orang. Responden mayoritasadalah perempuan, umumnya berposisi sebagai manajer KJKS. Mayoritas KJKS di Kota Padang memiliki modal anggota berkisar lebih dari Rp.33.238.900 sampai dengan Rp.49.858.350,- dengan jumlah anggota berkisar 97 sampai 144 orang, dan terdapat total modal anggota mencapai Rp.132.955.600 dengan jumlah anggota lebih 300 orang. Selain itu, sumber modal KJKS juga mayoritas dari SHU yang diperoleh dan adanya Modal Penyertaan Kelurahan yang disalurkan Pemerintah kota Padang pada 54 KJKS. Bentuk upaya penguatan KJKS dalam rangka pemberdayaan perekonomian masyarakat adalah menjalin hubungan dengan masyarakat, melaksanakan kerjasama dengan pemerintah, koperasi lainnya, lembaga donor, dan sektor swasta. Keberadaan KJKS sangat dirasakan kebermanfaatannya dalam pembangunan perekonomian masyarakat pada umumnya, dan anggota pada khususnya. Penyaluran dana kepada anggotanya menerapkan prinsip-prinsip syariah, dan melalui prinsip prinsip kemitraan. Jenis pembiayaan/piutang yang paling banyak diterapkan KJKS di Kota Padang adalah pembiayaan Murabahah, yaitu 81 KJKS, kemudian jenis pembiayaan Qardh sebanyak 35 KJKS dan Pembiayaan Mudharabah sebanyak 21 KJKS.



Komentar

  1. Terima kasih atas sharing-nya sangat bermanfaat bagi kemajuan koperasi syariah di Indonesia.
    Sekedar menambahkan, untuk memudahkan RAT (rapat anggota tahunan) Koperasi Syariah, bisa menggunakan software akuntansi koperasi berbasis Syariah di Download Gratis Software Koperasi Syariah
    Semoga bermanfaat

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer