review jurnal koperasi
Disusun
Oleh
NAMA :
Dwi Nurul Fitri
NPM :
13214309
KELAS : 3EA25
Review
jurnal 1
STRATEGI PENGEMBANGAN PRIMER KOPERASI
Studi Di Primer Koperasi Produsen Tempe Dan Tahu
Indonesia (PRIMKOPTI) Bangkit
Usaha Kota Malang
Rachma Vita Oktaviana, Agus Suryono, Imam Hanafi
Fakultas Ilmu Administratsi Jurusan Ilmu Admisitrasi
Publik Universitas Brawijaya Malang,
email:vitadevil@yahoo.com
Latar Belakang
Gerakan koperasi menurut Undang-Undang No. 25
Tahun 1992 tentang perkoperasian, bahwa koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat berlandaskan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia tahun 1945. Undang-undang No.
25 Tahun 1992 pasal 16 tentang perkoperasian mengatur mengenai penjenisan
koperasi salah satunya adalah koperasi produsen. Koperasi produsen merupakan
koperasi yang beranggotakan para produsen barang dan memiliki usaha rumah
tangga.Usaha koperasi jenis ini adalah menyelenggarakan fungsi penyedia
bahan/sarana produksi, pemrosesan dan pemasaran barang yang dihasilkan anggota
selaku produsen.
Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia
(KOPTI) disebut sebagai koperasi produsen karena bertugas untuk meningkatkan
kemampuan ekonomi perusahaan-perusahaan anggota (usaha pengolahan tempe dan
tahu milik anggota). Primer Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia
(PRIMKOPTI) Bangkit Usaha Kota Malang merupakan salah satu koperasi berkualitas
di kota Malang. Koperasi Berkualitas adalah koperasi sebagai badan usaha aktif
yang dicirikan oleh prinsip-prinsip kohesivitas dan partisipasi anggota yang
kuat dengan kinerja usaha yang semakin sehat dan berorientasi kepada usaha
anggota serta memiliki kepedulian sosial.hal ini didasarkan pada Penilaian
Kinerja suatu Koperasi yang dilandaskan pada Keputusan Menteri Negara Koperasi
dan UKM Nomor : 129/KEP/ M.KUKM/XI/2002 tanggal 29 November 2002, tentang
Pedoman Klasifikasi Koperasi. Walaupun Primer Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (PRIMKOPTI) Bangkit Usaha Kota Malang merupakan salah satu koperasi berkualitas di kota Malang namun masih banyak permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan koperasinya, permasalahan tersebut antara lain: (1) Masih kurangnya pemahaman anggota terhadap Anggaran Dasar dan Indikasi adanya
permasalahan yang tersebut di atas menunjukkan
bahwa Primer Koperasi Produsen Tempe dan Tahu
Indonesia (PRIMKOPTI) Bangkit Usaha Kota Malang harus melakukan langkah langkah strategis untuk menghadapi permasalahan tersebut.
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dalam mengembangkan koperasi maka koperasi juga harus melaksanakan pula prinsip koperasi yaitu keanggotaan bersifat suka rela dan terbuka, pengelolaan dilaksanakan secara demokratis, pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota, pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal, kemandirian, pendidikan perkoperasian,
serta kerja sama antar Koperasi Dengan fakta yang terjadi di lapangan
memunculkan pertanyaan bagaimana pengembangan visi dan misi PRIMKOPTI,
pengembangan PRIMKOPTI, prinsip PRIMKOPTI Bangkit Usaha Kota Malang dalam
mengembangkan koperasi, sehingga membuat PRIMKOPTI Bangkit Usaha Kota Malang
menjadi tempat rujukan bagi koperasi produsen lain di Indonesia.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif dengan metode deskriptif. Dalam penelitian ini lokasi yang digunakan oleh peneliti adalah pada kota malang, sedeangkan situs penelitian adalah PRIMKOPTI Bangkit Usaha Kota Malang. Analisis data yang digunakan David (2009,h.327) Matriks SWOT adalah sebuah alat pencocokan yang penting yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi yaitu:1) strategi SO, 2) Strategi WO, 3) strategi ST, 3) Strategi WT.
Pembahasan
Pembahasan alternatif strategi yang
dihasilkan Matriks SWOT untuk PRIMKOPTI Bangkit Usaha Kota Malang antara lain :
1. Strategi
SO : Mengembangkan strategi promosi yang dapat meningkatkan penjualan Pembinaan dan pelatihan koperasi &
UKM oleh pemerintah dan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan oleh PRIMKOPTI Bangkit Usaha Kota Malang untuk melakukan promosi kepada para target pasar.
2. Strategi
WO : Mengembangkan kemampuan anggota Peningkatan produktivitas anggota dalam
menjalankan aktivitas organisasi dapat ditingkatkan melalui programprogram
pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah dan anggota koperasi. Pelatihan bagi
anggota merupakan sebuah proses mangajari pengetahuan dan keahlian tertentu
serta sikap agar anggota semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawab
dengan semakin baik.
3. Strategi
ST : Meningkatkan sistem manajemen pengendalian persediaan untuk menghindari persaingan
harga Sistem manajemen pengendalian persediaan dimulai dari peramalan harga dan
peramalan permintaan, penentuan pemasok, waktu pemesanan, jumlah pemesanan,
harga jual sampaicdengan perhitungan-perhitungan biaya seperti biaya
penyimpanan, biaya pemesanan atau pembelian, biaya penyiapan, ataupun biaya
kehabisan atau kekurangan bahan.
4. Strategi
WT : Menerapkan sistim manajaemen informasi yang terpadu Analisis terhadap data
dan informasi serta penggunaan sistem informasi manajemen penting dilakukan
untuk menjalankan visi dan misi PRIMKOPTI Bangkit Usaha Kota Malang dalam
jangka panjang. Menerapkan sistem informasi manajemen yang terpadu dapat meminimalkan
kelemahan yang ada seperti dapat meminimalkan biaya biaya yang tidak diinginkan
seperti kerugian akibat keputusan yang kurang tepat. Menurut analisis peneliti,
pelaksanaaan prinsip koperasi pada PRIMKOPTI Bangkit Usaha Kota Malang sudah
dilaksanakan dengan cukup baik dan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1992.
Penutup
Dalam pengembangan Visi dan Misi PRIMKOPTI
Bangkit Usaha Kota Malang belum sesuai dengan 9 (sembilan) kriteria yang
tercantum dalam teori David Freed R (2009,h.102) hanya beberapa point saja yang
masuk di dalamnya, Berdasarkan hasil identifikasi lingkungan eksternal di
PRIMKOPTI Bangkit Usaha Kota Malang maka peluang eksternal yang dimiliki
PRIMKOPTI antara lain yaitu Pembinaan dan pelatihan yang dilakukan oleh Dinas
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan berkembangnya teknologi informasi
dan komunikasi saat ini. Ancaman eksternal yang harus dihadapi PRIMKOPTI adalah
persaingan harga kedelai di pasar dan masih kurangnya pemahaman masyarakat
mengenai kopersi. Berdasarkan hasil identifikasi lingkungan internal di
PRIMKOPTI Bangkit Usaha Kota Malang kekuatan internal yang dimiliki PRIMKOPTI
antara lain yaitu pengurus yang berpengalaman, memiliki hubungan baik dengan
pemerintah, satusatunya distributor kedelai yang berbentuk Koperasi, letak
kantor dan gudang yang strategis memiliki Usaha Simpan Pinjam yang berkembang
baik dan Fasilitas Koperasi yang memadai
Review Jurnal 2
MENGEMBANGKAN KOPERASI KONSUMSI
MELALUI PENGEMBANGAN PERANAN WANITA
Achmad H. Gopar
(Peneliti pada Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya
UKMK)
PENDAHULUAN
Peranan wanita di era sekarang
ini memang sudah maju sedemikian pesatnya. Berbagai program dan aktivitas yang
ditujukan untuk meningkatkan peranan wanita sudah sejak lama dilaksanakan, baik
itu berupa pengarusutamaan gender maupun spesifik emansipasi wanita. Semua
kegiatan tersebut memang menghasilkan kesetaraan gender, terutama dalam bidang
profesi. Namun harus dicermati, dibelahan dunia manapun, bahwa apapun profesi
seorang wanita, ketika dia telah berkeluarga, tetap saja dia terikat pada
fitrahnya sebagai seorang ibu rumah tangga, yang sangat berperan dalam mengatur
konsumsi rumahtangga. Dengan demikian, peranan wanita dalam pengaturan konsumsi
rumahtangga, yang secara berjenjang sampai pada konsumsi nasional, menjadi
sangatlah penting untuk dikembangkan.
Konsumsi merupakan aktivitas yang
dilakukan manusia sejak lahir ke dunia, mulai dari manusia pertama di dunia,
Adam dan Hawa. Aktivitas konsumsi umurnya sama dengan umur manusia, dan
dilakukan oleh semua manusia. Koperasi konsumsi merupakan cikal bakal munculnya
koperasi di dunia. Oleh karena itu, ketika kita membicarakan filosofi koperasi
konsumsi, sama saja dengan membahas filosofi koperasi secara keseluruhan. Namun
perkembangan koperasi konsumsi ini, dari berbagai analisis yang dilakukan oleh
pakar koperasi, tidaklah sepesat saudaranya dari jenis koperasi yang lain, baik
itu dari jenis koperasi produksi maupun koperasi jasa, terutama koperasi jasa
keuangan.
Mengembangkan koperasi konsumsi
melalui pengembangan peranan wanita, dua hal yang mempunyai akar sejarah yang
paling tua, seharusnya juga telah mempunyai rekam jejak yang panjang pula untuk
bisa dikaji. Namun tidak banyak publikasi, baik itu berupa hasil riset,
analisis, ataupun laporan, yang dapat dijadikan acuan untuk membahas hal
tersebut. Dari yang tidak banyak itu, penulis mencoba menyampaikannya disini,
semoga dapat berguna dalam proses pembelajaran bagi kita dalam membangun dan
menggerakkan koperasi untuk meningkatkan peranannya dalam perekonomian
nasional.
PEMBAHASAN
Koperasi konsumsi di Jepang
berkembang dengan cepat setelah perang dunia kedua, selama masa rekonstruksi
dan masa pendudukan Amerika Serikat. Pada pertengahan tahun 1950-an, koperasi
konsumsi yang umumnya kecil-kecil dan tidak efisien menjadi kurang berdaya
menghadapi pedagang ritel sehingga mereka bergabung dan mendirikan The Japanese
Consumer Cooperative Union (JCCU) untuk menyatukan daya beli mereka. Pada tahun
1960-an sebuah tim studi dikirim ke USA yang merekomendasikan untuk
mengembangkan toko swalayan. Selama tahun 1960an ini pula dikembangkan program
untuk mengamalgamasikan koperasi-kopeasi yang lemah, mengintegrasikan mereka ke
dalam sistem (jaringan KCCU), dan memperkuat kemampuan manajemen mereka
(Kurimoto, 1983).
Partisipasi anggota merupakan
bagian dari filosofi koperasi. Namun koperasi konsumsi yang besar dimanapun di
dunia umumnya masih mengabaikan hal tersebut, dan hanya menggalang
keikutsertaan sebagian kecil anggota saja. Ketika pada tahun 1970an gerakan
koperasi konsumsi di Jepang mengalami kesulitan finansial, manajemen meminta
partisipasi anggota untuk meningkatkan modal investasi. Pada proses tersebut
anggota diminta untuk mengemukakan permasalahan mereka sedangkan manajemen
mendengarkan keluhan anggota tersebut. Mereka menyusun rencana diskusi reguler
dengan ibu-ibu rumatangga dalam rangka untuk mengevaluasi operasi toko
ditingkat lokal melalui sortasi barang, sistem harga, dan tata letak barang di
toko. Berbagai perubahan dilakukan, dan menghasilkan manfaat yang sangat
berharga yang dapat dirasakan hingga saat ini. Hal tersebut dapat dilakukan
berkat adanya kelompok-kelompok kecil yang dinamai “Han groups” yang anggotanya
aktif berinteraksi sesamanya.
Pertemuan kelompok Han adalah
tempat dimana anggota membahas rencana kegiatan koperasi dan membuat rencana
nyata dari kegiatan mereka untuk memperkuat keanggotaan, membuat komplain
terhadap pelayanan toko dan kualitas barang yang dijual, membahas apa yang
menjadi keinginan mereka, membagi pengalaman dan saling menolong antar sesama
anggota. Pertemuan ini biasanya merupakan acara yang sangat disukai oleh
anggota koperasi, dan menjadi ajang penting bagi mereka untuk melakukan
interaksi sesama mereka.
Tokoh dan para pemimpin gerakan koperasi di Jepang ini menyadari betul
bahwa mereka harus selalu meningkatkan efisiensi untuk meraih pangsa pasar yang
lebih besar lagi. Mereka menyadari jika para anggota yang menjadi pembeli
mempunyai banyak ide penting mengenai bagaimana seharusnya toko mereka
dikembangkan. Untuk mendapatkan ide-ide tersebut, harus ada proses pembelajaran
yang mengikutsertakan para pembeli, pengelola dan manajemen toko koperasi
konsumsi mereka.
Dengan semakin banyaknya para ibu
yang menjadi anggota kelompok Han memasuki lapangan kerja, mereka mengusulkan perlunya
perubahan pada koperasi konsumsi mereka. Mereka yang tinggal jauh dari lokasi
toko mengusulkan kelompok Han berubah menjadi “klub belanja”. Inovasi ini lebih
disukai, dan bersama dengan manajemen, mereka menyusun program belanja
rumahtangga yang dikembangkan melalui pembelajaran adaptif dan eksperimen.
Hasilnya adalah solusi menang/menang; toko menjadi lebih efisien dan bisa
mengatasi permasalahan manajemen, dan belanja barang konsumsi menjadi lebih
mudah dan menyenangkan bagi para ibu.
PENGEMBANGAN KOPERASI KONSUMSI
Pendirian dan pengelolaan
koperasi konsumsi dengan basis paradigma lama yang lebih dominan akan
memposisikan koperasi untuk tidak mengembangkan potensi mereka yang sebenarnya.
Koperasi dapat menerapkan paradigma yang berkembang mulai dari koperasi yang
kecil hingga pada koperasi tingkat multinasional. Koperasi tidak akan
mengembangkan paradigma baru dalam pengelolaannya, umumnya akan gagal
berkembang. Oleh karena itu koperasi harus selalu mencari inovasi baru untuk
mengembangkan dirinya. Inovasi maupun paradigma baru dalam pengembangan
koperasi biasanya digali dan dikembangkan dari keunggulan komparatip koperasi
itu sendiri.
Kelompok Han dan Klub Belanja di
Jepang merupakan contoh bagaimana koperasi dapat mengeksplorasi dengan baik
keunggulan komparatip mereka. Anggota, pengurus dan manajemen menyadari betul
keunggulan mereka jika mereka dapat meningkatkan daya beli (purchasing power)
melalui peningkatan partisipasti anggota, baik dalam bertransaksi maupun dalam
perbaikan manajemen. Pemesanan dimuka, penggabungan pesanan, sistem prabayar
merupakan paradigma baru yang dihasilkan dari eksplorasi keunggulan komparatif
yang dimiliki koperasi. Dengan demikian mereka telah berhasil dengan baik
mengeksploitasi pasar kaptip (captive market) yang sebenarnya dimiliki oleh
setiap koperasi.
Bagaimana peranan pemerintah
dalam mengembangkan koperasi tanah air? Belajar dari pengalaman Jepang ini,
maka sebaiknya setiap program pemerintah juga didasari dan difokuskan untuk
mengembangkan keunggulan komparatif setiap koperasi agar bisa dieksplorasi dan
dieksploitasi menjadi keunggulan kompetitif. Oleh karena itu setiap program
pemerintah seharusnya tidaklah berupa bantuan yang bersifat derma atau
“charity”, namun harus bisa mendorong gerakan koperasi untuk bisa
mengeksplorasi dan mengeksploitasi keunggulan komparatip mereka yang sifatnya
khas untuk setiap koperasi.
Review Jurnal 3
Upaya
Penguatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Dalam
Rangka
Pemberdayaan Perekonomian Masyarakat Di Kota Padang
Variyetmi
Wira
1), Gustati 2)
Politeknik Negeri Padang 1,2)
Kampus Politeknik Negeri Padang, Limau Manis,
Padang, 75000
Telp: 0751-72950
E-mail : variyetmi@yahoo.co.id
Pendahuluan
Permasalahan pembangunan perekonomian
masyarakat, penanggulangan kemiskinan, dan mengurangi pengangguran merupakan
beberapa permasalahan yang sudah menjadi prioritas utama untuk diselesaikan pemerintah Indonesia. Berbagai tahapan program
seperti dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengatasi permasalahan tersebut agar terciptanya negeri Indonesia
yang sejahtera dan makmur. Permasalahan yang sama juga dihadapi oleh Pemerintah Kota (Pemko) Padang. Sejak
tahun 2004, terdapat peningkatan jumlah penduduk
miskin dan pada tahun 2012 mulai mengalami penurunan
jumlah penduduk miskin di Kota Padang. Hingga saat ini berbagai program yang
telah dilaksanakan pemerintah kota Padang.
Untuk pengentasan kemiskinan, dan
pemberdayaan perekonomian masyarakat miskin, diantaranya yaitu Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang hingga saat ini sudah terlaksana di
11 kecamatan dan 104 kelurahan di Kota Padang, adanya Program Kredit Mikro
Kelurahan (KMK), pembentukan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS), terdapatnya
program Jamkes Sumbar Sakato Kota Padang, serta penanggulangan kemiskinan pada
SKPD terkait. Salah satu fungsi KJKS adalah menghimpun dana dari anggota
koperasi, dan menyalurkan kembali dana yang dihimpun kepada masyarakat yang
membutuhkan dalam bentuk pinjaman pembiayaan. Produk pembiayaan tersebut bisa
beragam yaitu pembiayaan dengan kerjasama (mudharabah, musyarakah), pembiayaan dengan
jual beli (murabahah, salam, istishna), pembiayaan dengan sewa (ijarah) dan
pembiayaan kebaikan (qard).
Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan
yang berbentuk suvey, eksplanatoris (explanatory research). Penelitian ini
bertujuan untuk membahas tentang upaya penguatan KJKS sebagai lembaga keuangan
mikro syariah dalam pemberdayaan perekonomian masyarakat di Kota Padang.
Objek Penelitian
Pendamping, atau pengelola yang mewakili masing-masing
KJKS yang tersebar pada 11 (sebelas) kecamatan di Kota Padang, Provinsi
Sumatera Barat sebanyak 104 KJKS.
Metode Penetapan Sampel (Sampling Method)
Penetapan sampel dalam penelitian ini
menggunakan sample dengan metode sensus, karena penelitian ini mengambil
seluruh KJKS yang ada di Kota Padang.
Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian
merupakan data primer berupa instrumen yang berisikan informasi tentang
pengelolaan KJKS. Instrumen yang diteliti mencakup sumber modal, akses terhadap
permodalan, partisipasi modal, transaksi usaha, hubungan dengan masyarakat,
kerjasama dengan pemerintah,kerjasama antar koperasi, kerjasama dengan lembaga
donor, dan kerja sama dengan sektor swasta .Instrumen ini disebar ke seluruh
KJKS yang ada di Kota Padang. Responden dalam objek penelitian ini adalah yang
mewakili KJKS dalam mengisi kuisioner penelitian. Disamping itu penelitian ini
juga didukung oleh data sekunder berupa Laporan Rapat Anggota Tahunan KJKS
untuk periode 2014.
Metode Analisis
Penelitian ini mengunakan statistik
deskriptif dalam menganalisisdata sekunder ataupun data primer yang diolah
dengan SPSS for Windows versi 20. Metode analisis yang dipakai adalah
deskriptif, dan melakukan crosstab data-data instrumen.
Gambaran Demografi Responden
Sampel yang terkumpul yang dapat diolah
sebanyak 103 KJKS, dan 1 KJKS tidak dapat diolah lebih lanjut karena kurang
lengkapnya data. Sampel tersebut tersebar pada kecamatan yaitu 6 KJKS dari
Kecamatan Bungus, 13 KJKS dari Kecamatan Koto Tangah, 9 KJSK dari Kecamatan Kuranji, 15 KJKS dari
Kecamatan Lubuk Begalung, 7 KJKS dari Kecamatan Lubuk Kilangan, 6 KJKS dari
Kecamatan Nanggalo, 10 KJKS dari Kecamatan Padang Barat, 12 KJKS dari Kecamatan
Padang Selatan (termasuk 1 KJKS yang tidak dapat diolah), 10 KJKS dari
Kecamatan Padang Timur, 7 KJKS dari Kecamatan Padang Utara, dan 9 KJKS dari
Kecamatan Pauh. Mayoritas, responden adalah perempuan sebanyak 79 orang,
sedangkan sisanya adalah laki-laki. Responden umumnya berposisi sebagai manajer
KJKS, didirikan pada tahun 2010, dan telah berbadan hukum serta beranggotakan
lebih dari 145 orang.
Uji Validitas dan Reliabilitas Data.
Hasil uji Validitas dan Realibilitas
Instrumen Pengelolaan Organisasi KJKS untuk masing-masing komponen instrumen
adalah valid dan reliable, yaitu Cronbach’s Alpha kisaran 0.800 - 0.900.
Sedangkan Correlated Variance if Deleteddiatas 0.1988. Instrumen yang
diteliti mencakup sumber modal, akses terhadap permodalan, partisipasi modal,
transaksi usaha, hubungan dengan masyarakat, kerjasama dengan pemerintah,
kerjasama antar koperasi,kerjasama dengan lembaga donor, dan kerja sama dengan
sektor swasta .
Simpulan
KJKS dipercaya untuk menjalankan program
pengetasan kemiskinan dan pemberdayaan perekonomian masyarakat bersama
pemerintah.KJKS merupakan salah satu langkah strategis yang ditempuh pemerintah
Kota Padang dalam upaya penanggulangan kemiskinan, dengan bekerjasama langsung
bersama masyarakat. KJKS diharapkan sebagai wadah pengembangan ekonomi
masyarakat Kelurahan yang miskin.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang berbentuk suvey, dan explanatory
research yang bertujuan membahas upaya penguatan KJKS sebagai lembaga
keuangan mikro syariah dalam pemberdayaan perekonomian masyarakat di Kota
Padang.Objek Penelitian ini adalah pendamping, atau pengelola yang mewakili
masing-masing KJKS yang tersebar pada 11 (sebelas) kecamatan di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat
sebanyak 103 KJKS. Pengambilan sampel menggunakan metode sensus, Data yang
digunakan adalah data primer berupa kuisioner, dan data sekunder berupa laporan
Rapat Anggota Tahunan tahun 2013 dan 2014. Penelitian ini mengunakan statistik
deskriptif dalam menganalisisdata sekunder ataupun data primer yang diolah
dengan SPSS for Windows versi 20.Metode analisis yang dipakai
adalah deskriptif, dan melakukan crosstab data-data instrumen.
Hasil penelitian adalah responden penelitian
tersebar pada 11 kecamatan di Kota Padang, didirikan pada tahun 2010, dan telah
berbadan hukumserta beranggotakan lebih dari 145 orang. Responden mayoritasadalah
perempuan, umumnya berposisi sebagai manajer KJKS. Mayoritas KJKS di Kota
Padang memiliki modal anggota berkisar lebih dari Rp.33.238.900 sampai dengan
Rp.49.858.350,- dengan jumlah anggota berkisar 97 sampai 144 orang, dan
terdapat total modal anggota mencapai Rp.132.955.600 dengan jumlah anggota
lebih 300 orang. Selain itu, sumber modal KJKS juga mayoritas dari SHU yang diperoleh
dan adanya Modal Penyertaan Kelurahan yang disalurkan Pemerintah kota Padang
pada 54 KJKS. Bentuk upaya penguatan KJKS dalam rangka pemberdayaan
perekonomian masyarakat adalah menjalin hubungan dengan masyarakat,
melaksanakan kerjasama dengan pemerintah, koperasi lainnya, lembaga donor, dan
sektor swasta. Keberadaan KJKS sangat dirasakan kebermanfaatannya dalam
pembangunan perekonomian masyarakat pada umumnya, dan anggota pada khususnya.
Penyaluran dana kepada anggotanya menerapkan prinsip-prinsip syariah, dan
melalui prinsip prinsip kemitraan. Jenis pembiayaan/piutang yang paling banyak
diterapkan KJKS di Kota Padang adalah pembiayaan Murabahah, yaitu 81 KJKS,
kemudian jenis pembiayaan Qardh sebanyak 35 KJKS dan Pembiayaan Mudharabah
sebanyak 21 KJKS.
Terima kasih atas sharing-nya sangat bermanfaat bagi kemajuan koperasi syariah di Indonesia.
BalasHapusSekedar menambahkan, untuk memudahkan RAT (rapat anggota tahunan) Koperasi Syariah, bisa menggunakan software akuntansi koperasi berbasis Syariah di Download Gratis Software Koperasi Syariah
Semoga bermanfaat